Umroh Backpacker 2022

Kami tulis ini untuk mereka yang berkeinginan melakukan umrah backpacker sebagaimana yang kami lakukan. Dan kami tulis ini dengan struktur yang sedemikian agar mudah dipahami dan diambil hikmahnya. Tapi sebelum itu semua, izinkan kami menyampaikan beberapa kata.

Pertama, segala puji bagi Allah yang secara khusus melalui undanganNya semata kami mampu berangkat umrah dalam waktu yang lama (19 hari) dalam persiapan yang sesingkat-singkatnya (7 hari). Serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad yang telah menerima kami di kotanya, di masjidnya, dan berziarah kepadanya. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala kemudahan dalam segala waktu dan prosesi sebelum, sesaat, dan sesudahnya.

Kedua, bila para pembaca hanya ingin mengetahui apakah umrah backpacker lebih murah daripada umrah by travel, izinkah kami menghemat waktu kalian: tidak lebih murah. Lebih tepatnya tidak bisa dibandingkan. Meski begitu ada beberapa pengecualian hingga bisa menjadi lebih murah. Dan penjelasan akan hal ini perlu dikemas dalam sesi tersendiri dibawah.

Terimakasih. Berikut beberapa poin-poin yang hendak kami sampaikan, semoga bisa menjadi manfaat untuk semua orang.

Timeline

Senin, 12 Desember 2022: Perjalanan Indonesia — Madinah (Syuqqoh/Apartment)

Selasa, 13 Desember 2022: Souq Khudra (Pasar Khudra/Hudor), Masjid Nabawi

Rabu, 14 Desember 2022: Masjid Nabawi

Kamis, 15 Desember 2022: Universitas Islam Madinah, Naql Muyassar, Dzi Hulaifah, Makkah, Umrah

Jum’at, 16 Desember 2022: Masjidil Haram, Jabal Nur

Sabtu, 17 Desember 2022: Masjidil Haram, Tha’if (Pasar buah, taman mawar, pembuatan parfum, dan Masjid Abdullah bin Abbas)

Minggu, 18 Desember 2022: Masjidil Haram, Makkah City Tour (tempat-tempat Haji), pulang ke Madinah dengan Saptco (bus)

Senin, 19 Desember 2022: Istirahat di Syuqqoh

Selasa, 20 Desember 2022: Masjid Nabawi

Rabu, 21 Desember 2022: Madinah City Tour (Masjid Quba, Masjid Khandaq, Jabal Magnet, Farm, Kebun Kurma)

Kamis, 22 Desember 2022: Perjalanan ke Makkah dan Umrah

Jum’at, 23 Desember 2022: Masjidil Haram

Sabtu, 24 Desember 2022: Masjidil Haram dan ke Madinah dengan Kereta cepat

Minggu, 25 Desember 2022: Istirahat di Syuqqoh

Senin, 26 Desember 2022: Masjid Nabawi

Selasa, 27 Desember 2022: Souq Khudra (Pasar Khudra/Hudor), Masjid Nabawi

Rabu, 28 Desember 2022: Masjid Nabawi

Kamis, 29 Desember 2022: Masjid Nabawi

Jum’at 30 Desember 2022: Badr, Pantai Yanbu

Sabtu, 31 Desember 2022: Souq Khudra (Pasar Khudra/Hudor), Masjid Nabawi, Bandara

Demikianlah timeline kami selama disana. Kami akan kupas tiap-tiap timeline itu kedalam beberapa sesi dibawah. Jangan sungkan untuk melongkap ketika membaca sesi-sesi berikut. Sebab ini adalah perjalan 19 hari dan tidak sedikit yang kami tulis. Kami akan berusaha menyajikan setiap sesi seindependen mungkin agar pembaca bisa memahaminya sekalipun dibaca secara terpisah. Meski begitu, jika ingin informasi yang lengkap silakan dibaca dari awal hingga akhir.

Persiapan yang singkat

Aku berangkat bersama istriku yang sedang hamil 7 bulan dan persiapan kami hanya satu minggu. Ini termasuk membuat paspor secara instant sebab paspor istriku sudah masuk masa tenggang.

Semua bermula berkat Wellness Week yang diberikan oleh kantorku, GoTo. Terimakasih Wellness Week nya, ini sangat berarti. Semoga amal jariyyah sampai kepada kalian yang berperan mengadakannya. Untuk yang belum tahu, ada kebijakan dari management GoTo untuk memberikan libur 2 minggu diakhir tahun yang disebut dengan Wellness Week. Mungkin banyak yang tidak percaya, tapi ini sungguhan. Bukan cuma anak sekolah yang dapat libur, kami juga hehe.

Dua hari setelah Town Hall pengumuman Wellness Week, aku sampaikan kepada istriku mau jalan-jalan kemana dan tiba-tiba dia nekat untuk umrah. Baginya ini kesempatan yang paling tepat meskipun sedang hamil. Sebab kakaknya yang sedang menempuh S2 di Madinah, kemungkinan akan selesai di pertengahan tahun depan. Jika menunggu setelah hamil, itu bisa 2 tahun lagi dan itu artinya tidak bisa backpacking.

Singkatnya kami segera membeli ticket pulang pergi via Traveloka, lalu kemudian membeli Visa dari kakak iparku yang kebetulan mengurus Visa juga. Lalu mengurus Siskopatuh. Dan yang menjadi catatan kami tidak melakukan vaksinasi Meningitis. Kebetulan direntang waktu itu baik pemerintah Saudi dan Indonesia tidak mewajibkan vaksinasi Meningitis. Ada sebuah dokumen yang diedarkan oleh kementrian kesehatan terkait ini dan itu kami print untuk persiapan seandainya nanti dipermasalahkan oleh Immigration Counter Indonesia.

Sepertinya sesi ini tidak begitu banyak yang bisa kami tulis. Tapi kami akui, untuk siapapun yang hendak Umrah Backpacker justru bagian inilah yang paling kritis. Bisa saja seluruh rencana kita berantakan jika gagal di Immigration Counter, dan entah apa yang harus kita katakan kepada orang di rumah usai perpisahan yang dramatis bila tidak jadi Umrah. Itukan mengenaskan dan memalukan. Oleh karenanya perhatikan secara berulang dan berkala mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. Tonton berkali-kali cara menghadapi Immigration Counter di Youtube hingga kita benar-benar paham. Dan karenanya, kami akan menceritakan apa yang ditanyakan oleh petugas imigrasi yang kami hadapi. Kami bersyukur dia tidak begitu kepo, sebagaimana yang dipesankan video-video di Youtube.

Saat kami tiba di Immigration Counter menyerahkan Paspor-Visa dan bilang bahwa kami ingin Umrah Mandiri, dia langsung heran, sinis, dan menaruh curiga. Sepertinya sudah banyak juga orang Indonesia yang bilangnya Umrah tapi tidak balik lagi karena mencari kerja disana. Kami mengerti pemerintah hanya ingin melindungi rakyatnya, sebab menjadi TKI ilegal itu memang berbahaya dan gajinya mungkin lebih kecil karena terhalang status keilegalannya. Atas semua kecurigaan petugas tersebut, kami sudah siap. Berikut dokumen yang kami bawa: Ticket PP, Paspor, Visa, Kartu Keluarga, Buku Nikah, data-data Guide (Iqomah kakak ipar, kartu pelajar, dll), Sertifikat Akad sewa Syuqqoh (Apartment) milik kakak ipar, slip gaji dan surat keterangan kerja.

“Wah ini sih butuh ticket pulang,” kata petugas itu. Dan aku langsung menyertakan ticket pulangku.

“Kenapa pengen mandiri?” tanyanya. “Biar bisa lama, 19 hari,” jawabku.

“Nanti tinggal dimana dan ada pembimbing nggak?” aku segera menyerahkan dokumen kakak ipar dan akad sewa Syuqqoh. Akad sewa syuqqoh ini full bahasa Arab yang kami sendiri sulit membacanya. Dia juga sepertinya tidak mengerti dan karenanya itu lebih membantu.

Lalu petugas itu memanggil istriku yang berdiri dibelakang dan memproses kami bersamaan. Dia pun masih curiga takutnya ini wanita bukan istriku, tapi orang yang mau kuselundupi. Dan untungnya ada Kartu Keluarga dan buku nikah. Aku segera menyerahkan Buku Nikah ketika ditanyakan.

Jika sewa apartment itu di Madinah dan kemudian dia akan bertanya kami tinggal dimana ketika di Makkah, kami sudah siap. Tidak akan kutulis disini, ini akan berkaitan dengan sesi lainnya tentang Naql Muyassar.

Setelah buku nikah itu dia sibuk memfoto semua dokumen kami dengan kamera HP nya. Dan kemudian ia mengambil stempel dan menyetujui. Alhamdulillah, tidak sesulit yang kami bayangkan. Meski begitu sangat kami sarankan kepada para pembaca untuk mempersiapkan dokumen yang kami siapkan dan jika bisa lebih lengkap lagi. Sebab kita tidak pernah tahu seperti apa petugas yang akan kita hadapi. Dan jangan sampai setelah acara syukuran, selamatan, dan perpisahan umrah di rumah, tiba-tiba kita pulang lagi. Tapi kalau mau coba boleh, jangan lupa divideoin, upload di Tiktok biar viral.

Tiba di Madinah

Yang paling menarik untuk diketahui selanjutnya adalah ketika kita tiba di Madinah dan bersiap menghadapi immigration counter disana. Awalnya sangat menegangkan karena kami berpikir bahwa akan ada banyak pertanyaan seperti saat di Indonesia. Tapi kenyatannya tidak, mereka semua seperti robot. Mungkin karena sudah bosan menghadapi ratusan dan mungkin ribuan jama’ah umroh setiap harinya, mereka tidak mengajukan pertanyaan sama sekali. Jika visa kita memang visa umroh, secara otomatis mereka akan segera mengambil foto, sidik jari, dan men-stemple paspor kita. Lalu kita pun resmi masuk ke Madinah.

Security checking pun aman-aman saja. Paling yang perlu diperhatikan nanti adalah ketika kita melenggang keluar dari tempat pengambilan koper, nanti ada beberapa petugas yang akan meminta paspor dan visa kita untuk di check. Saat itu pula mereka akan bertanya tentang travel kita, dan jika tidak pakai travel alias backpacker, mereka akan bertanya dimana kita akan tinggal. Tenang saja karena mereka bisa berbahasa Inggris dengan baik, dan direkomendasikan menggunakan bahasa Inggris karena katanya orang Arab lebih segan dengan mereka yang bisa berbahasa Inggris karena dianggap berpendidikan. Setelah kami menjelaskan bahwa kami akan tinggal di apartment kakak ipar yang sedang berkuliah disana, mereka pun mempersilahkan kami melanjutkan perjalanan.

Sampai sini kami sudah resmi keluar dari bandara dan menunggu kakak ipar menjemput dengan mobil sewaannya. Beberapa tips terkait ini, jangan pernah mengambil taksi offline dari bandara, tentu kita semua tahu itu. Dimanapun kita tidak boleh melakukannya termasuk di Indonesia, karena tarifnya yang mahal. Tapi di Saudi ini bisa lebih berbahaya karena supir-supir imigran itu bisa saja menembak harga lebih parah terutama bila kita awam sekali. Cara yang lebih baik adalah dengan menggunakan Uber karena harganya relatif murah dan tidak begitu susah mendapatkannya. Harganya berkisar pada 45–60 riyal yang mana itu sudah sangat layak sekali. Kekurangannya kita harus jalan keluar bandara dan sabar menunggu. Plus, good luck bila kita tiba dini hari disana. Lebih baik menunggu sampai pagi dulu.

Pasar Tradisional

Namanya Pasar Hudor atau Khudra kalau dicari via Google Map. Ini adalah pasar tradisional seperti yang biasa kita temui di Indonesia. Hanya saja lebih bersih. Disana kita akan bertemu dengan banyak orang Pakistan, India, atau Bangladesh. Sangat jarang native Saudi-nya. Jika ada orang Arab pun, itu bisa saja imigran dari Syria, Yaman, Mesir, atau Afrika Utara.

Pasar ini terdiri dari beberapa bangunan. Ada yang khusus grosir, khusus belanja konsumen rumahan, khusus daging, khusus ikan, khusus frozen food, khusus kue-beras-kurma-coklat, dan lainnya.

Yang paling ingin kami ceritakan tentunya adalah harga. Meski begitu karena ini adalah pasar tradisional, harga sangat fluktuatif. Jadi tolong jangan kecewa kalau nanti pembaca sempat ke pasar dan ternyata harganya tidak sama. Ini adalah harga bulan desember dan musim dingin, jelas kurma tidak murah dan anggur-strawberry sangat murah. Berikut beberapa detailnya untuk barang-barang yang kami beli sebagai bekal masak disana:

Anggur 1 peti atau sekitar 4kg 15 Riyal. Delima 1 peti atau 12 buah besar 20 Riyal. Bawang Bombay 1 karung kecil 5 Riyal. Kentang 1 karung kecil 8 Riyal. Beras Thailand kualitas terbaik 5kg 35 Riyal. Daging Sapi 1kg 45 Riyal. Daging Kambing 1kg 50 Riyal. Daging Unta 1kg 35 Riyal. Daging ayam satu ekor 15 Riyal. Frozen Vealtrim 1kg 19 Riyal. Susu 1 botol besar 4 Riyal.

Sayang ada beberapa barang yang kami lupa harganya, seperti minyak goreng, strawberry, tepung, gula.

Native dan Imigran

Ini agak subyektif tapi kami yakin. Ketika pertama kali sampai disana, kami sudah bisa melihat bahwa ada banyak sekali orang-orang IPB (India Pakistan Bangladesh) yang bekerja di bandara sebagai cleaning service, tukang angkat koper, dan semacamnya. Lebih banyak dibanding Native Saudi yang bekerja sebagai petugas immigration counter atau officer lainnya di bandara. Ketika keluar dari bandara dan berjalan-jalan disekitar kota, terutama ketika naik Naql (traditional ride hailing) kami baru merasa lebih sering melihat Native Saudi. Tapi itu berubah setelah beberapa waktu.

Setelah 10 hari lebih tinggal disana dan menjalani keseharian mirip dengan orang Saudi dengan tinggal di Syuqqoh, tidur disiang hari, bangun dimalam hari, mata menjadi terbiasa dan akhirnya mampu membedakan perbedaan antara Pakistan dengan Arab, yang terkadang memang sekilas mirip. Demikian, kami sadar telah salah sebelumnya. Native Saudi itu ternyata sedikit. Imigran IPB itu benar-benar banyak. Jauh lebih banyak dari yang kita kira bahwa banyak orang Indonesia yang tinggal disana. Jumlah imigran Indonesia dengan mereka itu tidak artinya. Pengemudi Naql, penjaga toko, dan apapun yang sebelumnya kami kira sebagai Native Saudi menengah kebawah ternyata bukan.

Bahkan seandainya kita bertemu dengan orang Arab penjaga toko atau pengemudi Naql, kita perlu tanya dulu untuk memastikan dia benar-benar orang Saudi atau bukan. Bisa jadi dia orang Yaman, Syria, Iraq, Mesir, atau negara-negara Afrika Utara. Ketika kami mencoba browsing di Google dan ternyata memang benar, populasi imigran di Saudi ini menyentuh angka 38% dari total populasi Saudi. Ini pun hanya meliputi mereka yang resmi dan terkena sensus, yang ilegal berada dibalik semua itu.

Transportasi: Naql Vs Uber

Masih sedikit tersambung dari bahasan sesi sebelumnya. Jika kita ingin bertemu dengan orang Saudi menengah kebawah, cara paling mudahnya adalah pesan Uber. Semua pengemudi Uber bisa kami pastikan sejauh ini, pasti beretnis Arab. Dan kami cukup yakin bahwa mereka adalah Native Saudi, bukan imigran dari negara lain. Sebab berdasarkan penjelasan mereka yang sudah lama disana, ada peraturan khusus sehingga imigran tidak bisa menjadi supir Uber. Entah apa tapi kami percaya setelah berkali-kali memesan Uber disana.

Bicara tentang transportasi, ini adalah hal penting kedua setelah makan bagi para Backpacker. Hal penting ketiga adalah tempat tinggal dan ini tidak sepenting transportasi bagi kami, sebab jika kita hanya disini selama lima hari, seorang backpacker mungkin tidak membutuhkan tempat tinggal sama sekali, hehe. Transportasi menjadi penting karena, bung, inilah yang paling mahal. Disini taxi/uber/naql adalah raja mereka tak punya saingan lagi. Tidak ada angkot, ojek, bus jarak dekat, atau apapun. Tidak ada yang bisa mengantarkan kita dari sudut kota ke sudut kota lainnya, kecuali kaki kita jika itu sanggup.

Izinkan kami rinci, untuk Uber, perjalanan sejauh 3km antara Syuqqoh dan Masjid Nabawi berada di range 10–20 Riyal, tergantung waktu dan keadaan. Untuk Naql juga variatif dan karena ini tradisional maka range nya lebih kaku, 10 atau 15 atau 20. Dan untuk taxi, kami tidak pernah naik. Taxi resmi hanya ada di area publik seperti stasiun, bandara, dan semisalnya. Jika masih sempat untuk mencari Uber, naiklah Uber. Kecuali memang siap untuk kehilangan banyak uang.

Sebagai perbandingan lagi, Naql dari Bandara ke Syuqqoh di dekat Masjid Nabawi sekitar 75 Riyal. Dari stasiun kereta cepat ke Syuqqoh sekitar 70 Riyal. Sementara Uber dari Bandara ke Syuqqoh 44 Riyal dan dari Stasiun kereta cepat ke Syuqqoh 24 Riyal. Bagi kami pengetahuan ini penting bagi backpacker. Keuntungan lainnya ketika menggunakan Uber adalah komunikasi. Sistem digital di Uber memudahkan kita yang tidak bisa bahasa Arab. Sementara bila harus naik Naql, kita harus menjelaskan tempat tujuan kita dan untuk ini hanya tersedia bahasa Arab sebagai opsi. Lalu setelahnya kita harus negosiasi harga yang juga harus dalam bahasa Arab.

Siskopatuh dan Fungsinya

Siskopatuh (Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus) adalah sistem digitalisasi yang telah ada sejak tahun 2019 dan sudah menggantikan sistem manual bagi para pengelola travel dalam melakukan pelaporan kegiatan umrah dan haji. Ini adalah sesuatu yang cara kerjanya tertutup bagi jama’ah umrah, sehingga sulit sekali merasakan dampak yang sesungguhnya.

Dari sudut pandang jama’ah umrah, kita perlu mengeluarkan uang ekstra sebesar 350ribu agar kita mendapatkan sebuah kartu dengan nomor siskopatuh, yang pada awalnya terasa tidak berguna sama sekali kecuali sebagai pemenuhan legalitas dan meloloskan diri dari pemeriksaan di bandara keberangkatan, di Indonesia. Pemerintah Saudi tidak secara resmi menaruh perhatian terhadap kartu ini karena memang bagian dari pendataan pihak Indonesia saja. Karenanya setelah berangkat dari Indonesia, nilai kartu Siskopatuh ini hampir tidak ada.

Tapi tunggu dulu. Ternyata ada gunanya juga.

Jadi setelah tiba di Saudi, sebagian besar jama’ah di Indonesia biasanya mengenakan kartu Siskopatuh ini yang dikalungkan ke leher. Hal ini membuat laskar yang berjaga disana juga sudah terbiasa dengan hal ini, terutama dalam membedakan orang Indonesia yang umrah dengan yang menetap disana (mahasiswa atau TKI).

Sehingga kartu Siskopatuh di leher itu menjadi semacam kartu sakti yang bisa membuat kita lolos pemeriksaan ke lantai utama Masjidil Haram. Salah satu pengalaman berharga yang kami alami adalah ini, ketika puluhan orang IPB di larang untuk masuk ke lantai utama Masjidil Haram sebab mereka sudah dicurigai sebagai bukan jama’ah umrah resmi. Sementara dengan mudahnya kami membelah antrian dan masuk tanpa pemeriksaan Visa dan lain-lain hanya karena menunjukkan kalung Siskopatuh.

Mungkinkah kalung Siskopatuh juga bisa membuat kita lolos pemeriksaan Visa dan Paspor oleh Polisi yang terlalu rajin ketika kita ada di tempat umum? Ini mungkin perlu dicoba sendiri nanti.

Please, Jaga Nama Baik Indonesia

Percaya atau tidak orang Indonesia dihargai karena akhlak dan kepatuhan mereka disana. Memang kita bisa terkejut melihat betapa begajulan dan bandel nya orang Indonesia di negeri sendiri, tapi sepertinya mereka yang diizinkan Allah berangkat kesana memang memiliki karakter yang berbeda, atau mungkin otomatis beradaptasi menyesuaikan situasi. Tapi intinya adalah kita dihargai.

Selama disana, kami memperhatikan pemandangan utama terkait ini yang seperti ini: ketika orang IPB atau negara lain dilarang memasuki sesuatu, mereka akan mendebat penjaga walaupun itu dengan bahasa mereka sendiri. Seharusnya mereka tahu para penjaga tidak bisa selain bahasa Arab, tapi mereka tidak peduli. Konfrontasi adalah jalan utama. Sebaliknya orang Indonesia tidak seperti itu. Jika dilarang orang Indonesia langsung putar balik. Menurut dan tidak berani bertingkah. Orang Betawi yang datang juga gak berani betingkeh. Membuat urat-urat tegang para penjaga lebih mudah kendur menghadapi orang Indonesia.

Kalau konteksnya seperti ini, apakah ini penghargaan atau bukan? Mungkin kita bisa berbeda pendapat. Tapi bagi kami, sejauh hal ini justru memudahkan masyarakat Indonesia sehingga tidak mudah dicurigai, itu adalah sesuatu yang baik yang perlu dijaga. So please, jangan kebanyakan tingkah hingga membuat jama’ah selanjutnya mendapatkan kesulitan yang belum ada sebelumnya.

Local Travel Agent: Naql Muyassar

Mungkin sebagian orang berpikir bahwa untuk pergi Umrah, penduduk lokal Saudi tinggal pergi begitu saja tanpa perlu melalui travel agent apapun. Sebenarnya memang bisa begitu, tapi tidak sedikit yang mengandalkan jasa travel agent lokal karena biayanya menjadi sangat murah, terutama bagi imigran dari negara lain yang belum memiliki mobil dan izin mengemudi.

Untuk menjalani Umrah backpacker, pengetahuan mengenai Travel Agent lokal adalah fardhu ‘ain. Jika tidak maka dijamin boncos dan menyesal. Lebih baik pakai travel sejak dari Indonesia. Untuk lebih jelasnya, kami akan jabarkan lebih detail dibawah ini, tapi sebelum itu izinkan kami menerangkan sedikit tentang apa itu Naql Muyassar dan seperti apa dia.

Pembaca semua sudah tahu bahwa Naql Muyassar itu adalah Travel Agent lokal di Saudi. Mereka tidak hanya mengantar jama’ah Umrah dari misal, Madinah, ke Mekkah, tapi juga membantu menyewakan hotel agar menjadi sangat murah. Memang hotel nya tidak dapat yang berada di depan Masjidil Haram langsung, tapi hotel tersebut menyediakan angkutan pulang pergi ke Masjidil Haram yang ada setiap kurang lebih 15 menit sekali.

Setelah mengetahui apa itu Naql Muyassar dan apa yang disediakan olehnya, mari kita breakdown harga dan perbandingan bila tidak menggunakan jasa Naql Muyassar.

Untuk satu orang jama’ah harganya adalah 75 riyal dan akan mendapatkan: bus pulang pergi Madinah-Mekkah dan hotel 2 hari 2 malam.

Jika dibandingkan kita harus naik Subtco dari Madinah — Mekkah atau sebaliknya, ongkos sekali jalan saja sudah 75 riyal. Belum lagi kita harus sewa hotel selama 2 hari 2 malam, yang tentunya bisa ratusan atau ribuan riyal per malamnya. Memang tergantung jarak dan kelas hotelnya. Tapi harganya sudah pasti sangat jauh dibandingkan Naql Muyassar.

Kunci yang memungkinkan Naql Muyassar bisa mematok harga sebegitu murah adalah karena mereka menggunakan bus yang sedang berada di Madinah dan perlu untuk kembali ke Mekkah. Karena itu bus yang kita dapatkan bisa sangat untung-untungan. Kita bisa saja mendapatkan bus VVIP tapi juga bisa dapat bus yang jelek. Memang tergantung ketersediaan. Bagi mereka, daripada bus tersebut harus kembali ke Mekkah tanpa membawa siapapun, lebih baik di bisniskan. Ini salah satu peluang yang ada ya. Tentunya sangat mungkin ada bus khusus yang mereka sediakan untuk antar jemput penumpang jika peluang semacam ini sedang tidak ada.

Kedua, hotel juga bisa menjadi sangat murah, yang jika kita coba kupas dari harga 75 riyal itu, harga hotel permalamnya bisa hanya 5–15 riyal. Tergantung berapa biaya bus yang sebenarnya itu. Pembaca perlu tahu bahwa 5–15 riyal itu kurang lebih hargs seporsi makanan disana. Sebagai contoh ada porsi ayam goreng Al Baik yang seharga 15 riyal. Kenapa bisa dapat hotel yang semurah itu? Jawabannya sama. Di Mekkah itu ada puluhan mungkin bahkan ratusan hotel kosong yang hanya terpakai ketika musim haji tiba. Karena itu ada beberapa hotel yang memang sengaja dijatuhkan harganya agar tetap beroperasi dalam keadaan yang sangat sepi seperti di bulan-bulan biasa. Tapi agar mereka tidak rugi mereka harus bekerja sama dengan travel agent lokal agar bisa mendapatkan penghuni yang tidak sedikit dalam tiap minggunya. Sebab kalau harus melayani satu atau dua penghuni begitu tentu saja rugi. Itu sebabnya kalau kita mencoba menyewa hotel tersebut secara mandiri itu juga tidak memungkinkan. Pasti harganya akan mahal.

Bahasa dan Belanja

Orang Arab tidak mendapatkan pendidikan bahasa Inggris secara umum seperti kita di Indonesia dan karenanya mereka cenderung melihat kemampuan bahasa Inggris orang lain sebagai kesimpulan orang tersebut berpendidikan atau tidak. Karena itu sering-seringlah menggunakan bahasa Inggris dibanding Arab sekalipun kita bisa. Terutama ketika kita mampir ke toko-toko branded seperti toko parfum mahal, karpet, dan semacamnya. Dan expect juga akan dapat harga lebih mahal. Tapi kemampuan ini juga untuk menghadapi petugas di bandara, di masjid, di museum, di taksi, dimanapun, selagi mereka bisa. Kalau mereka tidak bisa, setidaknya mereka akan lebih segan kepada kita dan lebih hati-hati.

Apakah bahasa Inggris mempengaruhi harga belanjaan? Mungki saja. Karenanya khusus belanja, jangan langsung gunakan bahasa Inggris. Gunakan bahasa Arab dulu seperti بكم (bikam: berapa harganya?). Biasanya penjual langsung menjawab dalam bahasa Indonesia jika kita dikenali sebagai orang Indonesia. Tidak perlu ada kekhawatiran dalam hal ini. Kemampuan para penjual dalam menyebutkan harga dalam bahasa Indonesia tidak bisa diragukan. Menurut penulis, persentase jumlah pedagang yang bisa bahasa Indonesia dengan yang tidak itu bisa 90% banding 10%.

Kereta Cepat

Rugi kalau tidak dicoba. Kapan lagi?

Membandingkan antara bus dengan kereta cepat sangat-sangat berbeda. Ini seperti membandingkan perjalanan 7 jam dengan bus seadanya dengan 2 jam kereta cepat yang fancy. Tapi untuk membandingkan harganya agak tidak mudah karena harga kereta cepat ini berubah-ubah, tergantung waktu dan kapan kita hendak membeli. Sebab harga tiket bisa menurun drastis ketika dekat keberangkatan, tentu karena mereka berpikir daripada kosong mending dimurahin.

Sewaktu kami naik, harganya disekitar 220 Riyal seorang. Sementara bus Subtco sekitar 75 riyal seorang. Tapi tiket kereta cepat juga bisa turun sampai 150 riyal seorang. Jadi silahkan bandingkan sendiri.

Sensasi naik kereta cepat tidak jauh berbeda dengan naik kendaraan lainnya. Speed nya tidak selalu berada di kisaran 350–400km/jam. Ada beberapa tikungan yang membuat kecepatan harus turun di sekitar 150–200km/jam. Perjalanan disingkat menjadi 2 jam itu adalah hal yang luar biasa seusai Umrah, karena sangat lelah.

Backpacker vs Travel

Terakhir, kami hendak membuat pernyataan bahwa kita tidak boleh membandingkan kedua cara Umrah ini, meskipun judul section ini dengan sengaja kami buat demikian. Karena itulah pertanyaan yang sering muncul dibenak banyak orang.

Kedua cara ini tidak bisa dibandingkan secara apple to apple. Kedua cara ini punya kelebihan dan kekurangan yang amat berbeda tergantung dari latar belakang orang yang menjalaninya. Kelebihan dari Umrah Backpacker sebenarnya hanya satu, yaitu fleksibilitas dalam banyak hal. Fleksibel mengatur waktu dan jadwal, fleksibel mengatur pengeluaran juga.

Pertanyaan yang sering muncul dibenak banyak orang yang hendak Umrah tentunya adalah sebagai berikut. Dan semua jawaban kami senantiasa, tergantung.

  1. Mana yang lebih murah?
    Tergantung, apakah kita punya kerabat yang bisa kita tumpangi disana. Tergantung, apakah kita anak muda yang bisa dan sanggup tidur dan mandi di Masjid. Tergantung, berapa lama kita memutuskan Umrah backpacker. Membandingkan biaya antara Umrah backpacker 20 hari dengan Umrah Travel 10 hari tentu tidak adil.
    Sepaket cara agar Umrah Backpacker menjadi lebih murah dibandingkan Umrah Travel adalah dengan cara sebagai berikut:
    a. Memilih pesawat yang tidak direct. Sebab harga pesawat pulang pergi adalah sekitar 60% dari total biaya yang dibutuhkan.
    b. Memiliki kerabat yang bisa dijadikan tempat menginap, Mekkah atau Madinah saja. Tidak berguna kalau di kota lain.
    c. Umur masih muda. Sebab Umrah backpacker mengandalkan kemandirian dalam banyak hal, baik itu di bandara, perjalanan di kota, mencari tumpangan ketika hendak keliling kota, hotel yang jauh dari masjid, dll.
    d. Jangan bawa anak atau orangtua atau dalam keadaan hamil.
    e. Jangan bawa barang terlalu banyak. Manfaatkan jasa laundry disana. Jika perlu satu orang satu backpack. Namanya juga backpacker, masa bawa koper.
    f. Memiliki keterampilan minimal bahasa Inggris. Bagus kalau bisa bahasa Arab. Sebab disana jarang yang bisa bahasa Inggris.
    g. Fisik sehat dan daya tahan tubuh kuat. Kalau sakit repot deh dan bisa gagal menghabiskan waktu untuk ibadah. Padahal tenaga akan dihabiskan banget kalau backpacking.
    h. Memiliki ilmu tentang Umrah. Karena tidak ada yang akan memandu kalian disana. Termasuk arahnya, seperti Thawaf masuk dari pintu mana, dimana tempat Sa’i, dimana Hijr Ismail untuk sholat sunnah, dll.
    Jika faktor-faktor di atas tidak terpenuhi, lebih baik jangan melirik Umrah Backpacker sebagai opsi. Itu akan merugikan dan bahkan membahayakan.
  2. Mana yang lebih nyaman?
    Umrah Backpacker tidak nyaman! Kecuali bagi orang yang memang suka backpacking. Jika kalian tipe orang yang senang menjadi tourist, pilih Umrah Travel saja. Apalagi kalau niat menjalani Umrah Backpacker memang untuk berhemat, wah pasti menderita disana. Hemat makan, hemat transportasi yang serba taksi, jadi sering mengandalkan kaki, mencari hotel murah sana-sini. Ujung-ujungnya tidur di Masjid.
    Sementara Umrah travel kalau harganya memang pantas, itu nyaman banget. Hotel dekat dengan masjid, makanan selalu siap 3x sehari prasmanan pula, bus sudah siap mengantar ke tempat-tempat bersejarah, Muthawif stand by untuk memandu dan menjaga jama’ah. Tapi kalau Umrah Travel yang harganya murah biasanya hotelnya yang jauh, misal 500–1km dari masjid dan penerbangannya tidak direct.
  3. Mana yang lebih lengkap?
    Lengkap disini berarti kita datang kesana bukan hanya untuk Umrah saja, melainkan juga jalan-jalan ke tempat-tempat bersejarah disana, seperti Thaif, Uhud, dll. Nah sepengetahuan kami Umrah Travel semua sudah meliputi semua itu. Kami belum pernah tau kalau ada Umrah Travel yang hanya Umrah doang.
    Sementara Backpacking, ya fleksibel. Fleksibel juga mau dilengkapin atau tidak. Tentunya ini mempengaruhi biaya, karena kalau mau dijalani, harus siap bayar taksi atau sewa mobil. Ini butuh keterampilan bahasa. Dan membayangkan berapa harga yang keluar kalau naik taksi dari Mekah ke Thaif itu menyakitkan pikiran.
  4. Mana yang lebih mudah?
    Umrah Travel jelas lebih mudah. Kita terima bersih disana, tinggal mengikuti jadwal dan panduan dari Muthawif. Bahkan juga pengurusan selama akan berangkat banyak yang sudah di handle sama travel. Sementara Backpacking, semuanya diurus sendiri: visa, paspor, vaksin, dokumen-dokumen, hotel, dll.
    Kemudahan tentu tarik-menarik dengan fleksibilitas. Jadi ya harus patuh mengikuti aturan dan panduan Muthawif. Sebab mereka harus menjaga seluruh jama’ah bukan perorangan saja. Termasuk bila perlu, mengorbankan keinginan fokus ibadah selama disana, dengan ikut jalan-jalan.

Penutup, Spill Budget dan Faktor yang Mendukung

Tidak lengkap rasanya bila bercerita kesana-kesini tanpa memberikan contoh nyata, berapa yang kami habiskan dan bagaimana kami menjalani seluruh prosesi selama disana.

Pernah kami jelaskan di atas bahwa perjalanan kami mudah karena ada kakak ipar yang membantu, memandu, dan memberikan tempat tinggal dari awal hingga akhir. Ini sangat berpengaruh pada jumlah biaya yang dikeluarkan. Terlebih lagi kami sering masak selama di Madinah.

Karena tempat tinggal sudah tidak butuh biaya, biaya yang kami keluarkan hanya untuk makan dan transportasi selama 19 hari itu. Biaya yang kami keluarkan sekitar 80 juta untuk berdua. Sekitar 35 juta untuk pesawat pulang pergi. Jadi ada sekitar 40 juta yang untuk biaya makan dan transportasi, selama disana dan di Indonesia. Dan 5 juta untuk oleh-oleh.

Demikianlah skema biaya yang dikeluarkan secara umum. Semoga bisa menjadi tolak ukur untuk rekan-rekan yang membaca.

Akhir kata, terimakasih untuk rekan-rekan yang membaca sampai akhir, semoga membantu, dan semoga Allah memberikan kita semua kesempatan untuk Haji dan Umrah, melalui cara apapun.

Posted on 16 Juni 2023, in Travel and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar