Lain Sebelah Tangan
Luluhnya baja melegenda
Perisai meleleh, prajurit menangis : luka
Hampir sudah ia lanjutkan kematian
Masih menjadi bunga yang digenggam
-mawar dan berduri-
Belum, karena jari masih milik bayi
Harus jalan tanpa mata
Beberapa hari lagi
Ya! Ini jam kaya berganti musim
Tumbuhnya juga ditarik
Harus jalan tanpa rasa
Ayo! Jajah kepala, peras keringatnya
Ini bisikan terus saja
Lalu kutidak genggam itu bunga
Dan datang lagi embun.
Mau cepat, Dia beri seribu lawan
Bunuhnya jangan lamban
Posted on 7 Juni 2012, in Puisi Keluarga and tagged embun, kematian, lamban, lawan, mawar, perisai. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0